- Back to Home »
- informasiumum »
- Makalah Penyakit Saluran Pernapasan
Posted by : Unknown
Kamis, 01 Oktober 2015
MAKALAH PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Penyakit yang disebabkan oleh virus pada saluranpernafasan
ditandai dengan demam dan disertai satu atau lebihreaksi sistemik,seperti menggigil/kedinginan,
sakit kepala, malaise,dan anoreksi;kadang-kadang pada anak-anak ada
gangguangastrointestinal.Tanda-tanda lokal juga terjadi di berbagai lokasi
padasaluranpernafasan; bisa hanya satu gejala atau kombinasi,seperti
rhinitis,faringitis atau tonsillitis, laringitis,laringotrakeitis,
bronkitis,bronkiolitis, pneumonitis atau pneumonia. Mungkin
jugaterjadikonjungtivitis. Gejala-gejala dan tanda-tanda
klinisbiasanyaberkurang sesudah 2-5 hari tanpa komplikasi; namunBagaimanapun,
bisaterjadi komplikasi sinusitis bakteriil, otitis mediaatau yang jarangsekali
terjadi yaitu pneumonia yang disebabkan olehbakteriJumlah sel darah putih dan
flora bakteri pada saluranpernafasan dalam batas normal, kecuali jika
terjadikomplikasi. Padabayi, akan sulit membedakannya dengan pneumonia,sepsis
danmeningitis. Diagnosa spesifik ditegakkan denganisolasi etiologipenyakit dari
sekret saluran pernafasan yang ditanampada kultur selyang tepat atau pada
kultur organ. Diagnosa jugaditegakkan denganmelakukan identifikasi dari antigen
virus pada selnasofaring dengantes FA, ELISA dan RIA, dan atau adanya kenaikan
titerantibodi daripasangan sera.
1.2
TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah :
- Untuk memenuhi tugas terstruktur dari dosen pembimbing mata kuliah obstetri
- Untuk lebih mendalami lagi tentang penyakit dan kelainan yang dipengaruhi dan mempengaruhi kehamilan.
- Untuk memenuhi tugas terstruktur dari dosen pembimbing mata kuliah obstetri
- Untuk lebih mendalami lagi tentang penyakit dan kelainan yang dipengaruhi dan mempengaruhi kehamilan.
1.3 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja penyakit saluran pernafasan
yang mempengaruhi kehamilan?
2. Bagaimana cara menangani penyakit
penyakit saluran pernafasan?
3. Bagaimana cara pencegahan penyakit
asma bronkitis?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Penyakit Saluran
Napas
Kehamilan
akan menimbulkan perubahan yang luas terhadap fisiologi pernapasan. Ada empat
faktor penting yang terjadi dalam kehamilan yang erat hubungannya dengan fungsi
pernapasan.
Rahim
yang membesar karena kehamilan akan mendorong diafragma ke atas, sehingga
rangga dada menjadi sempit, gerakan paru akan terbatas untuk mengambil oksigen
selama pernapasan, dan untuk mengatasi kekurangan 02 ini pernapasan menjadi
cepat (hiperventilasi).
Perubahan
hormonal, terutama hormon progesteron yang meningkat selama kehamilanya membuat
otot-otot saluran pernapasan menjadi kendor, dan ini juga akan mendorong terjadinya
hiperventilasi.
Meningkatnya
volume darah dan cardiac output dalam usaha menyelamatkan Janin serta memenuhi
kebutuhan metabolik ibu yang meninggi.
Perubahan
imunologik. Faktor daya tahan tubuh ibu sangat erat hubungannya dengan timbulnya
penyakit saluran napas selama kehamilan. Kadar imunoglobulin F (IgE) mungkin
menaik atau menurun pada seorang wanita hamil. Bila kadar IgE pada penderita
asma yang hamil meningkat, ternyata hal ini menyebabkan penderita Icbilv rentan
dan lebih sering dapat serangan asma atau lebih berat.
2.2 Macam Penyaki Saluran Pernafasan
1. Influensa
Wanita
hamil lebih mudah diserang penyakit influensa. Epidemi yaag hebat yang terjadi
tahun 1957-1958, menyebabkan kematian ibu yang meningkat. Pada kca(i.v,m biasa,
tidak banyak pengaruhnya pada ibu atau pun pada janin. Pengobatan p.nl.r
penderita influensa harus dilaksanakan dengan baik, dengan banyak istirahat,
banyak minum, dan kalau perlu diberi.
Analgetika atau Antibiotika dan
harus d: penggunaan obat-obat batuk yang sifatnya supresi dan obat antihistamin
Tidak ada indikasi tindakan abortus provokatus pada penderita hamil influensa.
Bila ada komplikasi ke arah pneumonia penderita segera dirawat da antibiotika.
Perawatan harus intensif.
2. Bronkitis
Bronkitis
akut dapat disebabkan oleh virus atau bakteri. Perlu pengobatan yai dan cepat,
agar penyakit tidak menular ke paru-paru sehingga timbul pneu Bila timbul
pneumonia, angka mortalitas ibu cukup tinggi dan pada janii terjadi abortus
atau partus prematurus.
Pengobatan:
penderita harus banyak istirahat baring, minum banyak, dar obat-obat
bronkodilator. Antibiotika ampisilin 200 - 500 mg peroral tiap 6 jam sangkaan
ada infeksi bakteri. Lakukan pengambilan sputum untuk biakan kepekaan kuman.
Kemudian pemberian antibiotika yang lebih tepat bila
3. Pneumonia
Pneumonia
dalam kehamilan merupakan penyebab kematian non obstetri terbesar setelah
penyakit jantung. Oleh karena itu pneumonia harus segera di dalam kehamilan,
segera dirawat dan diobati secara intensif untuk m( timbulnya kematian
janin/'ibu, terjadinya abortus, persalinan prematur atau ks dalam kandungan.
Pneumonia dapat disebabkan oleh virus, bakteri maul kimia. Untuk keperluan
diagnostik dan pengobatan perlu dilakukan pemeriksaan penunjang, antara lain:
1) foto toraks anterior posterior
dan lateral;
2) pemeriksaan gas darah (darah
arterial);
3) sputum diambil dan diperiksa
menurut pulasan gram, dan dibiak;
4) darah diambil, juga dibiak
Pengobatan:
penderita diistirahatkan dalam keadaan berbaring, diberi 02 memberikan
obat-obat yang sifatnya narkotik atau menahan batuk. Diberiob antipiretika
untuk menurunkan suhu badan penderita, koreksi kelainan el, atau gas darah bila
ada, berilah antibiotika, karena sering kali pneumoni disebabkan oleh virus
atau zat kimia disertai pula oleh infeksi kuman-kt Pada pneumonia aspirasi
karena masuknya isi lambung ke dalam paru-paru sering dijumpai setelah
pemberian anestesi pada saat persalinan atau operas penanganannya adalah sebagai
berikut.
Segera
dipasang tabung endotrakeal dan dilakukan pengisapan, kalaL dilakukan
bronkoskopi bila partikel yang masuk terlalu besar. Oksigen di) dan gas darah
arterial diperiksa berulang-ulang; segera dilakukan koreksi E kelainan, dan
pernapasan dibantu dengan alat ventilator. Diberi aminopilin IN mcncegah
bronkospasmus, 4 6 mg/kg dalam 15-30 menit. Berikan kortiku dosis tinggi sepera
hidrokortison 1 gram i.v. dalam 24 jam yang diberikan dalam empat kali per hari
yaitu tiap 4-6 jam. Pemberian antibiotika untuk mencegah infeksi.
4. Asma bronkiale
Asma
bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran napas yang sering dijumpai
dalam kehamilan dan persalinan. Penderita biasanya pernah berobat ke dokter
lain. Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya serangan asma tidaklah selalu sama
pada setiap penderita, bahkan pada seorang penderita asma, serangannya tak sama
pada kehamilan pertama dan berikutnya. Kurang dari sepertiga penderita asma
akan membaik dalam kehamilan, lebih dari 1/s akan menetap, serta kurang dari
1/3 lagi akan menjadi buruk atau serangan bertambah. Biasanya serangan akan
timbul mulai usia kehamilan 24 minggu sampai 36 minggu, dan pada akhir
kehamilan serangan jarang terjadi.
Pemeriksaan
yang dilakukan oleh tim ahli asma Kalifornia (tahun 1983) pada 120 kasus asma
yang hamil, dan terkontrol baik, terdapat 90% dari penderita tidak pernah dapat
serangan dalam persalinan, 2.2% menderita serangan ringan dan hanya 0.2% yang
menderita asma berat yang dapat diatasi dengan obat-obat intravena. Pengaruh asma
pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena
ibu dan janin akan kekurangan oksigen (02) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila
tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi
keguguran, persalinan prematur atau berat janin tidak sesuai dengan usia
kehamilan (gangguan pertumbuhan janin).
Faktor
pencetus timbulnya asma, antara lain zat-zat alergi, infeksi saluran napas,
pengaruh udara dan faktor psikis. Penderita selama kehamilan perlu mendapat
pengawasan yang baik, biasanya penderita mengeluh napas pendek, berbunyi, sesak
dan batuk-batuk. Diagnosis dapat ditegakkan seperti asma di luar kehamilan.
Penanganan
1) Mencegah timbulnya stress
2) Menghindari faktor risiko
(pencetus) yang sudah diketahui, secara intensif.
3) Mencegah penggunaan obat seperti
aspirin dan semacam yang dapat menjadi pencetus timbulnya serangan.
4) Pada asma yang ringan dapat
digunakan obat-obat lokal yang berbentuk inhalasi, atau per oral seperti
isoproterenol.
5) Pada keadaan lebih berat
penderita harus dirawat dan serangan dapat dihilangkan dengan satu atau lebih
dari obat di bawah ini.
a. Epinefrin yang telah dilarutkan
(1 : 1000), 0,2-0,5 ml, disuntikkan subkutin.
b. Isoproterenol (1 : 100) berupa
inhalasi 3-7 hari.
c. Oksigen
d. Aminofilin 250-500 mg (6 mg/kg)
dalam infus glukose 5%
e. Hidrokortison 260-1000 mg iv
pelan-pelan atau perinfus dalam 10%.
Hindari
penggunaan obat-obat yang mengandung iodium karena dapat gangguan pada janin,
dan berikan antibiotika kalau ada sangkaan terdap Persalinan biasanya dapat
berlangsung spontan akan tetapi bila pende dalam serangan dapat diberi
pertolongan dengan tindakan seperti dengai vakum atau forseps. Tindakan seksio
sesarea atas indikasi asma jarang atau dilakukan.
5. Tuberkulosis paru
Penyakit
ini perlu diperhatikan dalam kehamilan, karena penyakit merupakan penyakit
rakyat; sehingga sering kita jumpai dalam kehamilan. ini dapat menimbulkan
masalah pada wanita itu sendiri, bayinya dan t sekitarnya.
Kehamilan
tidak banyak memberikan pengaruh terhadap cepatnya penyakit ini, banyak
penderita tidak mengeluh sama sekali. Keluhan y ditemukan adalah batuk-batuk
yang lama, badan terasa lemah, nal berkurang, berat badan menurun,
kadang-kadang ada batuk darah, dan sal Pada pemeriksaan fisik mungkin didapat
adanya ronkhi basal, suara ka pleural efusion. Penyakit TBC paru ini mungkin
bentuknya aktif atau k mungkin pula tertutup atau terbuka.
Pada
penderita yang dicurigai menderita TBC paru sebaiknya pemeriksaan tuberkulosa
tes kulit dengan PPD (purified protein derivate) hasilnya positif diteruskan
dengan pemeriksaan foto dada. Perlu diperh dilindungi janin dari pengaruh sinar
X. Pada penderita dengan TBC paru dilakukan pemeriksaan sputum, untuk membuat
diagnosis secara past untuk tes kepekaan. Pengaruh TBC paru pada ibu yang
sedang hamil 1 dengan baik tidak berbeda dengan wanita tidak hamil. Pada janin
jaran TBC kongenital, janin baru tertular penyakit setelah lahir, karena di
disusui oleh ibunya.
Penanganan
Pada
penderita dengan proses yang masih aktif, kadang-kadang perawatan, untuk
membuat diagnosis serta untuk memberikan pendid diterangkan pada penderita
bahwa mereka memerlukan pengobatan yang dan ketekunan serta ada kemauan untuk
berobat secara teratur. Per sembuh dengan baik bila pengobatan yang diberikan
dipatuhi oleh Penderita dididik untuk menutup mulut dan hidungnya bila batuk,
Pengobatan terutama dengan kemoterapi, dan sangat jarang diperluka operasi.
Pada
penderita TBC paru yang tidak aktif, selama kehamilan tidak perlu dapat pengobatan.
Sedangkan pada yang aktif, dianjurkan untuk menggunakan obat dua macam atau
lebih untuk mencegah timbulnya resistensi kuman, dan isoniazid (INH) selalu
diikutkan dalam regimen pengobatan tersebut.
2.3 Obat-obat yang dapai
dagunakan
1. Isoniazid (INH), dengan dosis 300
mg/hari. Obat ini mungkin menimbulkan komplikasi pada hati, sehingga timbul
gejala-gejala hepatitis berupa nafsu makan berkurang, mual dan muntah. Oleh
karena itu perlu diperiksa faal hati sewaktu¬waktu, dan bila ada perubahan,
maka obat untuk sementara harus segera dihentikan.
2. Ethambutol dengan dosis 15-20
mg/kg/hari. Dilaporkan obat ini dapat menimbulkan komplikasi retrobulber
neuritis akan tetapi laporan samping efek obat ini dalam kehamilan sangat
sedikit, dan pada janin belum ada.
3. Streptomycin dengan dosis i
g/hari. Obat ini harus hati-hati digunakan dalam kehamilan, dan jangan
digunakan dalam kehamilan trimester pertama. Pengaruh obat ini pada janin dapat
menyebabkan tuli bawaan (ototoksik), di samping itu pemberian obat ini kurang
menyenangkan pada penderita, karena harus disuntikkan setiap hari. Dilaporkan
bila dosis yang diberikan <>
4. Rifampisin dengan dosis 600
mg/hari. Obat ini baik sekali untuk pengobatan TBC paru, akan tetapi mempunyai
efek potensial teratogenik yang besar pada binatang percobaan. Pada manusia
belum banyak laporan, dan dianjurkan untuk tidak menggunakannya dalam trimester
pertama.
Pemeriksaan
sputum setelah i-2 bulan pengobatan, harus dilakukan dan kalau masih positif,
perlu diulang tes kepekaan kuman terhadap obat. Tidak ada indikasi untuk
melakukan tindakan pengguguran kehamilan pada penderita TBC paru. Antenatal
care dapat dilakukan seperti biasa. Dianjurkan penderita datang sebagai pasien
permulaan atau terakhir dan segera diperiksa, agar tidak terjadi penularan pada
orang-orang di sekitarnya.
Persalinan
pada wanita yang tidak dapat pengobatan dan tidak aktif lagi, dapat berlangsung
seperti biasa, akan tetapi pada mereka yang masih aktif, penderita di tempatkan
di kamar bersalin tertentu (tidak banyak digunakan penderita lain). Persalinan
ditolong dengan tindakan ekstraksi vakum atau forseps, dan sedapat mungkin
penderita tidak meneran, diberi masker untuk menutupi mulut dan hidungnya agar
tidak terjadi penyebaran kuman ke sekitarnya.
Cegah
terjadinya perdarahan postpartum seperti pada pasien-pasien lain pada umumnya.
Setelah penderita melahirkan, penderita dirawat di ruang observasi 6-8 jam,
kemudian penderita dapat dipulangkan langsung. Diberi obat uterotonika, dan
obat TBC paru diteruskan, serta nasihat perawatan masa nifas yang harus mereka
lakukan. Penderita yang tidak mungkin dipulangkan, harus dirawat di ruang
isolasi. Pcrawatan bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mcndcrita TBC paru
haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya, agar anaknya tidak ketularan oleh ibm
keadaan ideal bayi setelah lahir segera dipisahkan dari ibunya, sampai il:
memperlihatkan tanda-tanda proses aktif lagi setelah dibuktikan dengan p sputum
sebanyak 3 kali, yang selalu memperlihatkan hasil negatif. Pada suntikan Mantoux
sampai menunjukkan reaksi positif. Bila suntikan BC sebaiknya segera diberikan
pada bayi setelah lahir, atau bila reaksi Mantoux negatif.
Yang
penting adalah pendidikan pada penderita dan keluarganya tenta penyakit TBC
paru yang sedang diidap serta bahaya penularan penyak pada anaknya, sehingga
penderita dan keluarganya menyadari sepenuhny na cara melakukan perawatan
bayinya dengan baik.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Kehamilan
akan menimbulkan perubahan yang luas terhadap fisiologi pernapasan. Ada empat
faktor penting yang terjadi dalam kehamilan yang erat hubungannya dengan fungsi
pernapasan.
Rahim
yang membesar karena kehamilan akan mendorong diafragma ke atas, sehingga
rangga dada menjadi sempit, gerakan paru akan terbatas untuk mengambil oksigen
selama pernapasan, dan untuk mengatasi kekurangan 02 ini pernapasan menjadi
cepat (hiperventilasi).
Perubahan hormonal, terutama hormon
progesteron yang meningkat selama kehamilanya membuat otot-otot saluran
pernapasan menjadi kendor, dan ini juga akan mendorong terjadinya
hiperventilasi.
Meningkatnya
volume darah dan cardiac output dalam usaha menyelamatkan Janin serta memenuhi
kebutuhan metabolik ibu yang meninggi.
Perubahan imunologik. Faktor daya
tahan tubuh ibu sangat erat hubungannya dengan timbulnya penyakit saluran napas
selama kehamilan. Kadar imunoglobulin F (IgE) mungkin menaik atau menurun pada
seorang wanita hamil. Bila kadar IgE pada penderita asma yang hamil meningkat, ternyata
hal ini menyebabkan penderita Icbilv rentan dan lebih sering dapat serangan
asma atau lebih berat.
3.2
SARAN
Penulis
mengharapkan pada Ibu-Ibu khususnya yang sedang hamil dapat dengan segera
mengetahui penyakit dan kelainan yang dipengaruhi dan mempengaruhi oleh
kehamilan dengan secara rutin memeriksakan kehamilannya pada bidan maupun
dokter ahli kandungan agar dapat dicegah dan diobati dengan segera.
Daftar pustaka
Sumber dari ( Wikipedia, Halalguide,
dan Benih )
Sumber dari ( Wikipedia, Halalguide,
dan Benih )
DAFTA
R PUSTAKA